Sejarah Karimunjawa: Dari Sunan Nyamplungan Sampai Sekarang

Sejarah Karimunjawa nampaknya cukup menarik untuk diketahui. Khususnya bagi Anda yang suka haus tentang ilmu pengetahuan dan selalu ingin cari tahu terkait sejarah Indonesia.

Selain keindahannya yang mampu memanjakan mata, rupanya Caribbean van Java ini juga menawarkan cerita sejarah tak kalah mengesankannya dari desa kepulauan lain di Indonesia.

Daerah di Provinsi Jawa Tengah ini mempunyai cerita sejarah yang erat kaitannya dengan Syekh Amir Khasan dan beberapa tokoh ternama Wali Songo.

Hingga saat ini sejarah tersebut masih menjadi cerita yang tidak dimakan zaman dan terus beredar di lingkungan Kepulauan Sunda Besar dengan luas mencapai 71 kilometer persegi.

Sejarah Karimunjawa Sampai Sekarang

Hingga saat ini nama Karimunjawa masih bertengger sebagai salah satu destinasi wisata di Indonesia yang selalu menjadi perhatian banyak wisatawan. Seperti halnya wisatawan dalam negeri maupun asing.

Hamparan alamnya begitu indah dan mampu membawa nuansa menyenangkan saat Anda berkunjung kesana. Namun, tahukah Anda bahwa Karimunjawa memiliki cerita sejarah yang menarik diketahui.

Baca Juga: 11+ Oleh-oleh Khas Jepara Jawa Tengah (Makanan, Souvenir)

1. Syekh Amir Khasan

Syekh Amir Khasan

Sejarah Karimunjawa diawali dengan Syekh Amir Khasan. Beliau merupakan putra dari anggota Wali Songo yaitu Sunan Muria. Tentu Anda familiar dengan sunan bernama asli Raden Umar Said ini, bukan?

Pada masa itu, Syekh Amir Khasan ditinggal pergi oleh kedua orangtuanya untuk melakukan ibadah haji. Syekh Amir Khasan pun dititipkan ke pondok pesantren yang dikelola oleh Sunan Kudus.

Di pondok pesantren tersebut Syekh Amir Khasan dibimbing dan diajarkan ilmu-ilmu agama Islam. Kemudian suatu waktu Sunan Kudus ada keperluan.

Sunan Kudus akhirnya memberikan mandat kepada Syekh Amir Khasan untuk sementara waktu menggantikan posisinya. Syekh Amir Khasan diminta menjadi guru mengaji atau imam di pondok.

2. Meninggalkan Pondok Pesantren

Meninggalkan Pondok Pesantren

Sayangnya, sewaktu Sunan Kudus sedang pergi meninggalkan pondok Syekh Amir Khasan tidak menjalankan mandat yang diberikan. Ia justru lalai dalam menjalankan amanah dari Sunan Kudus.

Sewaktu Sunan Kudus pulang ke pondok, ia mendengar kabar tersebut dari salah seorang santri. Kemudian, Sunan Kudus menegur Syekh Amir Khasan.

Ketika ayah dan ibu Syekh Amir Khasan pulang dari tanah suci, kemudian mereka mendengar kabar kurang menyenangkan tersebut. Akhirnya, Syekh Amir Khasan pun diusir dan diminta meninggalkan pondok.

3. Kepergian Syekh Amir Khasan

Kepergian Syekh Amir Khasan

Setelah kejadian pengusiran tersebut, akhirnya Syekh Amir Khasan benar-benar meninggalkan pondok pesantren bersama pengikut setianya. Lalu, beliau membuat rakit bambu di tepian pantai.

Beliau terus mendayung rakit yang terbuat dari bambu tersebut dengan membawa bekal pepes lele. Hingga akhirnya beliau sampai ke pesisir pantai timur yang samar-samar dari kejauhan.

Kemudian pada suatu hari ibu Syekh Amir Khasan merasa rindu dengan putra tercintanya. Lalu, sang ibu melihat ke puncak Gunung Muria dan melihat dari kejauhan secara samar-samar.

Dalam bahasa Jawa samar-samar disebut sebagai krumun-krumun. Oleh karena itu, daerah tersebut akhirnya dinamakan Karimunjawa.

Kemudian, saat dalam perjalanan rakit yang dinaiki Syekh Amir Khasan diterpa angin hingga membuatnya tengkurap. Rakit yang terbalik itu kemudian menjadi daratan kecil yang kini disebut Pulau Batu.

Bekas makanan yang ikut tumpah termasuk pepes lele membuatnya menamakan wilayah tersebut sebagai Desa Legon Lele.

4. Ular Edor di Karimunjawa

Ular Edor di Karimunjawa

Syekh Amir Khasan kembali melanjutkan perjalanan bersama pengikut setianya. Kemudian karena kelelahan beliau dan pengikutnya memutuskan beristirahat di bawah pohon nyamplung.

Ketika hendak mengerjakan shalat yaitu mengambil air wudhu, beliau beserta pengikutnya bertemu dengan ular edor. Kabarnya ular tersebut ingin mematuk salah satu di antara mereka.

Kemudian Syekh Amir Khasan mengutuk ular tersebut dengan bahasa Jawa ‘Picek’ yang berarti buta. Hingga saat ini ular edor tersebut masih bisa ditemui di Karimunjawa dengan kondisi buta.

Sejarah Sunan Nyamplungan di Karimunjawa

Membicarakan sejarah Karimunjawa tentu kurang lengkap rasanya jika tidak mengaitkannya dengan sosok Sunan Nyamplungan. Sunan tersebut tentu cukup dikenal sebagai salah satu putra Wali Songo.

1. Kelahiran

Kelahiran

Nama asli sunan ini sebetulnya adalah Syekh Amir Khasan. Semasa kecil beliau dikenal sebagai seorang santri yang cerdas, namun sayangnya berperangai sombong.

Kesombongannya semakin menjadi-jadi ketika ia dititipkan ke pondok pesantren milik Sunan Kudus. Kabarnya kesombongan beliau dirasakan oleh banyak santri di pondok pesantren tersebut.

Berkat kesombongan beliau itulah akhirnya diusir sampai ke luar pulau. Barulah cerita hidup Syekh Amir Khasan tersebut dimulai bersama para pengikut setianya.

Namun, tahukah Anda bahwa sebenarnya ada tiga versi cerita asal usul sunan dari Nyamplungan atau Syekh Amir Khasan tersebut. Pertama, beliau merupakan anak dari Sunan Muria dan Dewi Sujinah.

Kedua, beliau sebenarnya merupakan putra dari Pangeran Syarif Jung poro, yang merupakan putra dari Sunan Muria. Dengan demikian, Syekh Amir Khasan adalah cucu dari Sunan Muria.

Versi ketiga menyebutkan Syekh Amir Khasan sebagai putra dari Sunan Kudus yang memang diambil anak oleh Sunan Muria. Namun, tetap saja Syekh Amir Khasan menjadi tokoh sentral sejarah Karimunjawa.

Baca Juga: Pantai Ujung Gelam Karimunjawa: Lokasi & Daya Tarik Wisata

2. Setelah Pengusiran ke Karimunjawa

Setelah Pengusiran ke Karimunjawa

Bagi penduduk Karimunjawa tentu tidak akan merasa asing dengan Syekh Amir Khasan. Hal ini karena beliau merupakan salah satu penyebar agama Islam di daerah kepulauan tersebut.

Setelah peristiwa pengusiran Syekh Amir Khasan dari pondok pesantrean, kemudian beliau bersama para pengikutnya pergi ke seberang pulau. Disanalah Syekh Amir Khasan mulai menyebarkan agama Islam.

Akan tetapi, saat belum benar-benar sampai ke pulau tersebut Syekh Amir Hasan dan pengikutnya dihadang oleh para bajak laut. Hingga akhirnya tercetuslah sebuah pertarungan sengit.

Syekh Amir Khasan akhirnya bisa mengalahkan para musuh-musuhnya dengan bekal ilmu yang sudah diberikan oleh Sunan Muria sebelumnya. Di tempat tersebut kemudian diberi nama Legon Bajak.

Legon Bajak merupakan teluk yang sampai sekarang banyak dikunjungi para wisatawan. Anda bisa saja melihatnya sekarang.

3. Penyebaran Agama Islam di Karimunjawa

Penyebaran Agama Islam di Karimunjawa

Di Karimunjawa Syekh Amir Khasan dikenal sebagai pribadi yang cerdas terutama dalam melakukan penyebaran agama Islam. Beliau mengajarkan Islam melalui kesenian lokal dengan muatan ajaran islam.

Islam yang dikenalkan oleh Syekh Amir Khasan bukan Islam yang menjadikan orang-orang takut. Justru Islam yang dikenalkan merupakan agama yang ramah dan membawa kerukunan.

Hingga saat ini ajaran Islam yang diberikan oleh Syekh Amir Khasan masih terasa. Orang-orang muslim di Karimunjawa sangat toleran terhadap agama lain.

Kemudian, nama yang disematkan kepada beliau yaitu Syekh Nyamplungan diambil dari nama daerah setempat. Jika Anda ingin ziarah ke makam sunan ini maka bisa langsung datang saja.

Berdirinya Taman Nasional Karimun Jawa

Sebetulnya sejarah Taman Nasional Karimunjawa sudah ada sejak lama. Bahkan semenjak Sunan Muria masih ada.

Jika ditelisik lebih jauh Taman Nasional Karimunjawa disahkan sejak tahun 1999 dengan gugusan pulau sebanyak 22 dan luas total wilayah 111.625 hektar.

Kemudian, pada tahun 2001 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan menyatakan bahwa taman nasional tersebut masuk ke dalam kawasan pelestarian alam khusus perairan.

1. Topografi dan Iklim

Topografi dan Iklim

Taman nasional ini terletak pada daerah dataran rendah yang sedikit bergelombang di ketinggian 0 sampai 506 meter dari atas permukaan air laut. Wilayah ekosistem di dataran ini terbagi menjadi tiga.

Ekosistem yang pertama tentang dataran rendah seluas 1.285,3 hektar. Kemudian ekosistem khusus hutan mangrove seluas 222,2 hektar serta perairan 110.117,3 hektar.

Kondisi iklim di lingkungan taman nasional ini relatif sama dengan daerah lain Indonesia yaitu tropis. Hanya saja di wilayah ini tidak terdapat sungai besar.

Namun, Anda bisa menemukan lima sumber mata air terbaik. Bahkan oleh penduduk setempat sumber mata air tersebut dijadikan sebagai tempat untuk mengambil air bersih.

2. Flora dan Fauna

Flora dan Fauna

Di bagian perairan ada ekosistem terumbu karang yang bisa dikategorikan ke dalam tiga tipe. Tipe terumbu karang tersebut di antaranya terumbu karang taka, pantai dan penghalang.

Setidaknya juga terdapat lebih dari 45 spesies mangrove di kawasan tersebut. Namun, beberapa yang mendominasi di antaranya Exoccaria agallaocha dan Rhizopora stylosa.

Wajar jika sampai saat ini banyak orang setuju tentang sejarah laut Karimunjawa yang kaya akan flora terbaik. Setidaknya bisa dijadikan sebagai tujuan wisata bawah laut yang begitu indah.

Fauna yang terus berkembang di kawasan taman nasional ini juga banyak. Beberapa di antaranya berjenis amfibi, aves, reptil, mamalia, insekta dan sebagainya.

Fauna yang cukup populer di kawasan ini oalah ular edor, burung betet, kera ekor panjang, pergam hijau, merbah cerukcuk dan aneka kupu-kupu.

3. Tujuan Wisata Karimunjawa

Di Karimunjawa juga terdapat sejumlah tujuan wisata yang sayang Anda lewatkan begitu saja. Beberapa tujuan wisata di Karimunjawa di antaranya:

  • Bangkai Kapal Panama Indono, yang pernah tenggelam pada tahun 1955 lalu.
  • Pulau Menjangan Besar, yang memiliki pantai indah.
  • Pulau Cemara kecil, yang juga sama mempunyai pantai menawan.
  • Rumah Khas Suku Bugis, yang didirikan di dalam Taman Nasional Karimunjawa.
  • Makam Sunan Syekh Amir Khasan, untuk wisata religi agama Islam.

Baca Juga: 17+ Makanan Khas Jepara (Lengkap dengan Namanya)

Sejarah Karimunjawa: Legenda yang Ada

Legenda yang Ada di Karimunjawa

Di Karimunjawa juga terdapat sejumlah legenda yang bisa Anda ketahui. Legenda-legenda berikut begitu sayang untuk diabaikan begitu saja.

1. Lele Dumbo

Kabarnya saat Nyai Sunan Muria tidak dapat menemukan Syekh Amir Khasan, maka bisa bertanya kepada Sunan Muria. Kemudian, Sunan Muria berkata bahwa putra mereka pergi ke pulau kecil di Jawa.

Kemudian, Nyai Sunan Muria memutuskan untuk mencari anaknya. Beliau membawa bekal berupa makanan kesukaan Syekh Amir Khasan yaitu lele dumbo.

Namun, karena tetap tidak bisa menemukan putranya, lele dumbo tersebut pun dilemparkan ke laut. Kemudian, daerah ini dikenal dengan nama Legon Lele.

2. Kayu Dewadaru

Saat Anda pergi ke makan Syekh Amir Khasan, maka akan menjumpai dua pohon besar. Pohon tersebut diberi nama Dewa Kayu.

Konon pohon tersebut diyakini memiliki kekuatan magis. Kayu tersebut dipercaya oleh masyarakat setempat bisa menyelamatkan rumah dari tindak kejahatan.

3. Kayu Kalimasada

Selain pohon tersebut, masih ada kayu lain yang juga dianggap mampu memiliki kekuatan magis. Kayu tersebut adalah Kalimasada.

Kabarnya kayu ini sering dipakai oleh masyarakat setempat guna melakukan perlawanan terhadap roh jahat. Hingga kini kepercayaan tersebut masih kental di lingkungan masyarakat tersebut.

4. Kayu Setigi

Adalagi legenda magis dari Karimunjawa. Legenda ini dikenal dengan cerita Kayu Setigi. Konon kayu ini dipakai oleh Syekh Amir guna mengutuk dan memukul ular yang hendak mematuk dan rombongannya.

Jenis kayu ini apabila dimasukkan ke dalam air bisa menetralkan racun dari berbagai macam binatang. Kabarnya kayu ini masih ada sampai sekarang. Jika penasaran, Anda bisa coba singgah ke Karimunjawa.

Sejarah Karimunjawa memang sangat menarik untuk diikuti lebih jauh. Tentunya sejarah daerah kepulauan ini sangat erat kaitannya dengan penyebaran agama Islam.

Anda kini tahu bahwa peran Wali Songo juga ada dalam cerita sejarah agama Islam di Karimunjawa. Jika Anda muslim tentu boleh sesekali singgah ke pulau tersebut untuk berwisata religi.

Leave a Comment